Sunan Kalijaga RA (H. Yudhi)

Sunan Kalijaga RA (H. Yudhi). Sunan Kalijaga atau Sayyid Raden Mas Said/Syahid adalah seorang ulama terkenal dan penasehat pemerintahan di era Majapahit pada masa prabu Kertabhumi, Demak, Pajang. Ia juga termasuk dalam anggota Walisongo. Selain sebagai ulama ia juga menjadi seniman, dan arsitek yang ulung. Salah satu media dakwahnya yang dikenal luas hingga sekarang melalui pentas adalah wayang kulit. Kesenian wayang kulit yang awalnya berisi kisah-kisah Hindu, diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi kisah-kisah yang berisi ajaran Islam. Contohnya yaitu Wayang sadat, dan Jamus Kalimasada, sebagaimana yang dijelaskan oleh Siti Wahidoh dalam Buku Intisari Sejarah Kebudayaan Islam. #Riwayat# Menjadi Murid Sunan Bonang# Menurut cerita, Sebelum menjadi Walisongo, Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokannya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin. Suatu hari, saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat, ternyata orang itu adalah Sunan Bonang. Karena tongkat itu jika dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu. Ia menasehati Raden Said bahwa Allah S.W.T tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang. Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya. Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga. #Penerus Dakwah# Setelah Sunan Kalijaga Wafat, Perjuangan dakwah dilanjutkan oleh putranya sendiri yakni Sunan Hadi sebagai pemimpin kadilangu, pada tahun 1601 masehi gelar berubah menjadi Panembahan Hadi, (karena gelar Sunan digunakan Sunan Hanyokrowati sebagai Raja Mataram) sampai dengan keturunan sekarang trah Panembahan widjil di kadilangu Demak. #Keluarga# Panembahan Hadi, R.Abdurrahman, Ratu retno ayu pembayun, Ratu retno penenggak, R.umar said. #Pemakaman# Sunan Kalijaga diperkirakan meninggal pada tanggal 12 Muharram 1513 saka (sekitar 17 Oktober 1592 M). Sunan Kalijaga dimakamkan di Daerah Kadilangu, Kabupaten Demak. Makam ini hingga sekarang, ramai diziarahi orang-orang dari seluruh indonesia. Haul Sunan Kalijaga diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh masyarakat di Kadilangu, Demak. #Warisan Budaya# Berikut adalah daftar warisan budaya dari Sunan Kalijaga, yaitu : Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah Penggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Ratu"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. #Pusat Inspirasi# Kisah perjalanan hidup Sunan Kalijaga juga sudah dibuatkan Film, diantaranya : Dalam film Sunan Kalijaga (1983), Sunan Kalijaga diperankan oleh Deddy Mizwar. Dalam film Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar (1985), Sunan Kalijaga diperankan oleh Deddy Mizwar. (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Kalijaga). *Biografi Sunan Kalijaga: Masa Kecil, Strategi Dakwah, Karya, dan Peninggalannya* Biografi Sunan Kalijaga masih belum banyak diketahui oleh banyak orang. Sunan Kalijaga adalah seorang mubaliq keliling yang daerah operasinya sangat luas, ini semua dapat dilihat dari tempat kelahirannya hingga tempat beliau wafat. Mengutip dari Jurnal Artikel Mahasiswa, Hafidz, dkk. (2015), dalam islamisasi di tanah Jawa, Wali Songo mengetahui banyak hal yang pada hakikatnya bisa digunakan sebagai sarana syiar ajaran agama Islam di dalam suatu masyarakat. Sunan Kalijaga adalah salah seorang wali yang berdarah keturunan asli Jawa, dikatakan keturunan jawa asli karena beliau keturunan dari Ronggolawe seorang patih dari kerajaan Majapahit. Sunan Kalijaga memiliki peran besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Biografi Sunan Kalijaga dapat dipelajari sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada beliau. Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Said diyakini lahir pada sekitar tahun 1430-an. Sunan Kalijaga juga memiliki beberapa nama lain, seperti Syekh Malaya, Raden Abdurrahman, Lokajaya, dan Pangeran Tuban. Nama pangeran tersebut diberikan karena Sunan Kalijaga merupakan anak dari Tumenggung Wilatikta yang menjabat posisi Bupati Tuban pada masa Kerajaan Majapahit. Sunan Kalijaga diperkirakan hidup selama empat masa pemerintahan, yaitu pada masa Majapahit, Kesultanan Demak, Kesultanan Pajang, hingga era Mataram Islam. Sunan Kalijaga memiliki tiga orang istri, yakni Dewi Sarah, Siti Zaenab, dan Siti Hafsah. Dari pernikahannya dengan Dewi Sarah, Beliau memiliki 3 anak yakni Raden Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rukayah, dan Dewi Sofiah. Sementara itu, dari pernikahannya dengan Siti Zaenab (anak dari Sunan Gunungjati), Beliau dikaruniai 5 anak yakni Ratu Pembayun, Nyai Ageng Panegak, Sunan Hadi, Raden Abdurrahman, dan Nyai Ageng Ngerang. Lalu dari pernikahannya dengan Siti Khafsah belum diketahui secara jelas siapa nama putranya. Perlu diketahui bahwa Siti Khafsah ini adalah putri dari Sunan Ampel. #Masa Kecil Sunan Kalijaga# Pada saat itu, nama kecil dari Sunan Kalijaga adalah Raden Sahid. Sunan Kalijaga sejak kecil sudah diperkenalkan akan agama Islam oleh guru agamanya. Tujuannya yaitu supaya nilai-nilai dasar Islam dari Al-Quran dan hadis Rasulullah saw dapat menjadi pedoman hidup beragama yang baik bagi Sunan Kalijaga. Selain itu, sejak kecil beliau juga telah diajarkan untuk memiliki jiwa kepemimpinan terutama dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Terbukti, beliau selalu menjadi pemimpin atau pencetus ide ketika tengah bermain dengan teman-teman sebayanya. Namun, beliau tidak pernah merasa sombong dan tetap merasa rendah hati, sehingga disukai oleh teman-temannya. Ayah dari Sunan Kalijaga yaitu Adipati Arya Wilatikta adalah sosok pemimpin yang terkenal kejam dan sangat taklid terhadap pemerintahan pusat Majapahit yang menganut agama Hindu meskipun dirinya seorang muslim. Ayah Sunan Kalijaga tak segan untuk meminta pajak yang tinggi tanpa memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Oleh sebab itu, Sunan Kalijaga mulai memberanikan diri untuk membangkan dan tidak setuju terhadap segala keputusan dan kebijakan yang dikeluarkan ayahnya. Hingga akhirnya, Sunan Kalijaga membongkar lumbung kadipaten dan membagikan seluruh padi dan beras yang ada didalamnya kepada rakyat miskin yang berada dibawah kekuasaan ayahnya. Tak berlangsung lama Adipati Arya Wilatikta mengadakan sidang dan mengadili Sunan Kalijaga karena terbukti merusak lumbung padi ayahnya. Sunan Kalijaga memberikan alasan bahwa yang dilakukannya berlandaskan Islam. Ayahnya terlalu menumpuk harta untuk dirinya sedangkan rakyatnya kelaparan dan menderita. Dengan alasan tersebut Sunan Kalijaga diusir dari Kadipaten dan tidak boleh kembali pulang sebelum menggetarkan Tuban dengan bacaan ayat suci Al-Qur'an. Setelah diusir dari istana ia tetap melanjutkan misinya untuk mensejahterakan rakyat miskin dengan cara merampok. Namun dalam misi merampoknya, Sunan Kalijaga hanya merampok rumah orang yang terkenal kaya dan membagikan hasil curiannya secara adil kepada rakyat yang kurang mampu. Maka dari itu Sunan Kalijaga dijuluki sebagai "Brandal Lokajaya" atau perampok yang budiman. Akan tetapi setelah bertemu dengan Sunan Bonang semua perilaku dari Joko Said pun berubah. Hal ini bisa terjadi lantaran ia telah dinasehati bahwa Allah tidak akan menerima amal yang buruk dari hambanya. Kemudian Sunan Kalijaga menjadi murid Sunan Bonang dan mendalami Ilmu agama Islam. Setelah menimba ilmu agama yang cukup lama dan dinilai cukup mumpuni menurut Sunan Bonang. Sunan Kalijaga kemudian dilepas untuk berdakwah dan mengamalkan ilmu agama Islam. #Strategi Dakwah Sunan Kalijaga# Sunan Kalijaga memiliki ruang lingkup yang paling luas di antara Wali Songo lainnya. Sunan Kalijaga menyebarkan ajaran agama Islam dengan cara menggabungkan unsur tradisi Jawa. Sunan Kalijaga memberikan sentuhan agama Islam pada seni dan budaya Jawa, salah satu contohnya adalah dengan menyampaikan kisah-kisah agama Islam melalui pewayangan. Hal tersebut didasari oleh pendapat Beliau yang mengatakan bahwa akan sulit jika memaksakan untuk mengubah kepercayaan mereka. Oleh karena itu, ia membiarkan budaya mereka tetap ada dengan menyelipkan ajaran-ajaran Islam secara perlahan. Oleh sebab tu, tak heran jika banyak karyanya yang terkenal, seperti misalnya seni wayang kulit dan cerita-cerita yang membahas ajaran agama Islam. #Karya Sunan Kalijaga# Berikut adalah beberapa karya Sunan Kalijaga yang masih lestari hingga saat ini: Seni wayang, Seni ukir, Seni gamelan, Seni suara, Baju takwa. #Peninggalan Sunan Kalijaga# Berikut adalah beberapa peninggalan Sunan Kalijaga yang masih eksis hingga saat ini: Masjid Kedondong Kulon Progo, Tuk Si Bedug, Sendang Kasihan, Sendang Kemuning. Demikian adalah ulasan mengenai biografi Sunan Kalijaga beserta sejarah dan peninggalannya. Semoga bermanfaat. (https://kumparan.com/profil-tokoh/biografi-sunan-kalijaga-masa-kecil-strategi-dakwah-karya-dan-peninggalannya-22looNxjPeW/full). *Biografi Sunan Kalijaga, Wali Songo dari Tuban* Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh Wali Songo yang terkenal dengan metode dakwahnya melalui kesenian. Metode dakwah yang sangat toleran terhadap budaya lokal dengan melalui kesenian seperti wayang, nyanyian, dan gamelan, tidak lepas dari pengaruh guru Sunan Kalijaga, yakni Sunan Bonang. Selama menjalankan dakwah Islam, karya kesenian yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga antara lain Serat Dewo Ruci, Suluk Ling-Lung, Kidung Rumekso Ing Wengi, serta beberapa tembang. Berikut ini sejarah Sunan Kalijaga dari lahir hingga wafat. Baca juga: Metode Dakwah Sunan Kalijaga Silsilah Sunan Kalijaga Kisah-kisah Sunan Kalijaga semasa hidupnya terkadang terdapat beberapa versi, karena sumber sejarah yang orisinal memang tidak ada. Sunan Giri, Dinasti Penyebar Islam Nusantara (8) Artikel Kompas.id Umumnya, para penyusun biografi Sunan Kalijaga berpatokan pada Babad Tanah Jawi dan kisah-kisah mengenai sang sunan di masyarakat yang mungkin telah terdistorsi. Para ahli berpendapat bahwa Sunan Kalijaga dilahirkan di Tuban, Jawa Timur, pada tahun 1450. Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia merupakan putra dari Adipati Tuban, Tumenggung Wilatikta, dan Dewi Nawangrum. Dalam Babad Tuban, disebutkan bahwa Tumenggung Wilatikta adalah anak dari Arya Teja, yang nama aslinya Abdurrahman, seorang ulama keturunan Arab yang mengislamkan Bupati Tuban, Arya Dikara. Abdurrahman bahkan menjadi menantu Arya Dikara dan menggatikan mertuanya menjadi Bupati Tuban. Sejak itu, ia dikenal sebagai Arya Teja, yang menamai putranya Arya Wilatikta. Dari pernikahan sebelumnya, Arya Teja memiliki putri bernama Nyai Ageng Manila, yang kemudian dipersunting oleh Sunan Ampel, yang menetap di Surabaya. Baca juga: Wali Songo dan Nama Aslinya Menurut sejarah, Sunan Kalijaga memiliki tiga istri, yaitu Siti Zaenab, Dewi Sarah, dan Siti Hafsah. Dari Siti Zaenab, Sunan Kalijaga memiliki keturunan yang dinamai Watiswara (Sunan Panggung), Watiswari, dan Ratu Champaka. Dari pernikahannya dengan Dewi Sarah, keturunan Sunan Kalijaga adalah Raden Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rukayah, dan Dewi Sofiah. Nama lain Sunan Kalijaga Selain Raden Said, Sunan Kalijaga dikenal dengan beberapa nama lain, seperti Syaikh Malaya, Pangeran Tuban, Ki Dalang Sida Brangti, Berandal Lokajaya, dan Raden Abdurrahman. Terkait asal-usul nama Kalijaga sendiri terdapat beberapa versi cerita. Ada yang menafsirkan kata "kalijaga" berasal dari bahasa Arab "qadizakka". Kata "qadi" berarti pelaksana, penjaga, atau pemimpin, dan "zakka" berarti membersihkan, sehingga Kalijaga dapat diartikan seorang pemimpin yang suci atau menegakkan kebenaran dalam agama Islam. Baca juga: Biografi Sunan Giri, Wali Songo dari Blambangan Ada pula yang menafsirkan nama Kalijaga berasal dari bahasa Jawa, yakni kali (sungai) dan jaga (menjaga). Penafsiran ini berasal dari kisah dalam Babad Tanah Jawi, yang menyebut Sunan Kalijaga pernah bertapa di tepi sungai, seakan-akan sedang menjaga sungai. Di samping itu, terdapat argumen bahwa Kalijaga adalah nama sebuah wilayah atau desa. Pendapat ini diperkuat fakta bahwa nama Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Ngudung, Syekh Lemah Abang, yang semuanya diambil berdasarkan tempat tinggal mereka. Ada dua versi cerita pula terkait masa muda Sunan Kalijaga dan julukan Berandal Lokajaya. Versi pertama mengatakan bahwa rasa solidaritas dan simpati Raden Said terhadap rakyat Tuban mendorongnya untuk mencuri bahan makanan dari gudang kadipaten untuk dibagikan secara diam-diam kepada masyarakat. Aksi ini akhirnya diketahui, yang menyebabkan Raden Said dihukum dengan cara diusir dari Tuban. Setelah diusir, Raden Said mengembara tanpa tujuan pasti, tetapi masih membantu rakyat kecil dengan cara merampok orang-orang kaya. Baca juga: Sunan Prawoto, Raja Kerajaan Demak yang Terlibat Perang Saudara Versi kedua menyebutkan bahwa sejak kecil, Raden Said dikenal sebagai anak nakal, bahkan pernah merampok dan membunuh. Meski terdapat perbedaan versi cerita, dari situlah lahir julukan Berandal Lokajaya, yang artinya berandal penguasa daerah. Dakwah Sunan Kalijaga Sejak kecil, Sunan Kalijaga telah mendapatkan pendidikan agama, serta mempelajari kesenian dan kebudayaan Jawa. Konon, ia berhenti menjadi seorang perampok yang hasilnya bukan untuk dinikmati sendiri, tetapi untuk rakyat kecil, setelah bertemu sang guru. Guru Sunan Kalijaga adalah Sunan Bonang, yang mengajarinya ilmu-ilmu agama Islam dan spiritual. Selain itu, ia pernah belajar agama Islam dari Syekh Siti Jenar, Syekh Sutabaris, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, dan pernah berguru ke Pasai serta berdakwah hingga Patani di Thailand. Baca juga: Wilayah Dakwah Sunan Bonang Sunan Kalijaga memulai dakwahnya di Cirebon, Jawa Barat, tepatnya di Desa Kalijaga. Dari sana, ia melanjutkan menyebarkan ajaran Islam di daerah Pamanukan dan Indramayu. Sunan Kalijaga terkenal dengan metode dakwahnya yang menggunakan pendekatan seni dan budaya. Salah satu cara yang paling populer adalah melalui pertunjukan wayang, yang sangat disukai oleh masyarakat pada saat itu. Keberhasilan strategi dakwah ini disebabkan oleh pertunjukan yang tidak memungut biaya, sehingga siapa saja bisa menikmatinya. Selain wayang, Sunan Kalijaga juga memanfaatkan bentuk seni lainnya seperti ukiran, gamelan, nyanyian, dan pakaian, sebagai media dakwah. Dalam seni ukir, ia menggantikan motif ukir manusia dan hewan dengan ukiran dedaunan. Sunan Kalijaga menciptakan gong sekaten yang dinamakan Syahadatain, serta menciptakan berbagai lagu seperti Lir-Ilir, Gundul-Gundul Pacul, Kidung Rumeksa ing Wengi, Lingsir Wengi, dan Suluk Linglung. Baca juga: Biografi Sunan Kudus, Wali yang Berilmu Luas Dalam seni berpakaian, Sunan Kalijaga diyakini sebagai pencipta baju takwa yang menjadi bagian dari budaya Jawa, yang ditandai dengan penggunaan blangkon dan surjan. Penampilan yang sederhana dan dekat dengan rakyat membuatnya lebih mudah diterima dibandingkan para wali lainnya yang berdakwah dengan memakai jubah. Sunan Kalijaga juga menyisipkan beberapa falsafah Islam ke dalam nilai-nilai budaya setempat, salah satunya adalah filosofi "Urip Iku Urup," yang berarti hidup harus memberi manfaat bagi orang di sekitar. Pendekatan dakwahnya yang menghargai adat istiadat setempat membuat ajaran Islam mudah diterima oleh masyarakat yang masih menganut kepercayaan lama. Dari Jawa Barat, Sunan Kalijaga mengembara ke Demak, Jawa Tengah, untuk membantu Raden Patah yang diutus oleh Sunan Ampel dari Jawa Timur. Bersama beberapa Wali Songo, Sunan Kalijaga memiliki peran penting di Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, yang didirikan oleh Raden Patah. Sunan Kalijaga juga berperan dalam pendirian Masjid Demak. Salah satu tiang besar di dalam masjid yang disebut tiang tatal, diyakini sebagai salah satu karomah Sunan Kalijaga yang dapat menjadikan serpihan-serpihan kayu tatal menjadi tiang yang kokoh. Sunan Kalijaga juga berjasa dalam menentukan arah kiblat masjid. Baca juga: Raden Patah, Pendiri Kerajaan Demak Wafatnya Sunan Kalijaga Untuk menghargai jasa Sunan Kalijaga di Kerajaan Demak, Raden Patah memberinya wilayah Kadilangu di Demak. Sunan Kalijaga menetap di Kadilangu hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di sana. Tidak diketahui pasti kapan Sunan Kalijaga meninggal. Sebagian berpendapat bahwa Sunan Kalijaga hidup sejak era akhir Kerajaan Majapahit, sepanjang kekuasaan Kesultanan Demak, hingga awal berdirinya Kerajaan Pajang dan Kerajaan Mataram Islam. (Sumber:: https://www.kompas.com/stori/read/2024/08/07/180000879/biografi-sunan-kalijaga-wali-songo-dari-tuban?page=all.) Blog ini dibuat dengan tujuan untuk menambah ilmu si Pembaca, tidak ada keuntungan Ekonomi sedikitpun yang diperoleh dari Pembuat. Tulisan diatas merupakan gabungan beberapa artikel dan ditulis juga sumbernya.

Comments

Popular posts from this blog

Ling Tien Kung dan Syari'at Islam (H. Yudhi)

Abu Bakar Siddiq RA (H. Yudhi)

Realisme Ilmu Hubungan Internasional (H. Yudhi)