Ibnu Qayyim RA (H. Yudhi)
Ibnu Qayyim RA (H. Yudhi).
Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakar bin Ayyub bin Sa'ad bin Hariz az-Zur'i ad-Dimasyqi al-Hanbali (29 Januari 1292 – 23 Agustus 1350) atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyyah adalah seorang ulama Islam berpengaruh dari abad ke-13. Ia dikenal dengan Ibnu Qayyim (putra Qayyim) karena ayahnya, Abu Bakar bin Ayyub az-Zur'i, adalah pengawas (qayyim) di sebuah sekolah hukum lokal Hambali di Damaskus yang bernama Madrasah al-Jauziyyah. Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 29 Januari 1292 dan meninggal pada 23 September 1350). Ia merupakan seorang imam sunni, cendekiawan, dan ahli fikih yang hidup pada abad ke-13. Ia dikenal sebagai ahli fikih bermazhab Hambali. Disamping itu juga seorang ahli tafsir, ahli hadis, penghafal Al-Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, dan seorang mujtahid. #Kelahiran dan Nasab# Nasabnya dari pihak ayah adalah Syamsuddin Abu 'Abdillah Muhammad bin Abubakar bin Ayyub bin Su'ad bin Hariz az-Zar'i ad-Dimasyqi, dikenal dengan sebutan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. Ia lahir pada tanggal 17 Safar 691 H. #Pendidikan# Ibnu Qayyim berguru ilmu hadis pada Syihab an-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin bin Sulaiman; berguru tentang fikih kepada syekh Safiyyuddin al-Hindi dan Isma'il bin Muhammad al-Harrani; berguru tentang ilmu waris (fara'idh) kepada bapaknya; dan juga berguru selama 16 tahun kepada Ibnu Taimiyyah. Dia mempelajari ilmu faraidh dari ayahnya, karena ayahnya memiliki pemahaman baik dalam bidang ilmu tersebut. Ia mendalami bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar dari syekh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.
Belajar ilmu Ushul dari syekh Shafiyuddin al-Hindi, ilmu fikih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan syekh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy. Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor unta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara. Hal itu disebabkan karena dia menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali. Dia peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filsuf dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam firkah Islamiyah. Penguasaannya terhadap ilmu tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai hadis, makna hadis, pemahaman serta istinbath-istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya. Begitu pula, pengetahuan dia rahimahullah tentang ilmu suluk dan ilmu kalam-nya ahli tasawuf, isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ia memang amat menguasai terhadap berbagai bidang ilmu ini. Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid dia. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah:
1. Anak dia sendiri bernama Syarafuddin Abdullah
2. Anaknya yang lain bernama Ibrahim,
3. Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah
4. Al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah
5. Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi
6. Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy
7. Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy
8. Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafi’i
9. Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky
10. Taqiyuddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i
Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli bid’ah) serta helat-helat (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama. Oleh sebab itulah dia rahimahullah mengajak kembali kepada mazhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama pewaris Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan batilnya mazhab taklid. Kendatipun dia adalah pengikut mazhab Hambali, namun dia sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan mazhab-mazhab yang masyhur. #Akhir Hayat# Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 13 Rajab tahun 751 Hijriyah dalam usia 60 tahun. Ia dishalatkan di Masjid Jami' Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami' Jarrah. Ribuan pelayat berdesakan mengantar kepergian Ibnul Qayyim ke makamnya. Ibnul Qayyim dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir. (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnul_Qayyim_al-Jauziyyah). *Biografi Ringkas Ibn Qayyim al-Jauziyyah* Nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdullah Syamsuddin Muhammad Abu Bakr bin Ayyub bin Sa’d bin Huraiz bin Makk Zainuddin az-Zur’i ad-Dimasyqi dan dikenal dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Dia dilahirkan pada tanggal 7 Shafar tahun 691 H. Dia tumbuh dewasa dalam suasana ilmiah yang kondusif. Ayahnya adalah kepala sekolah al-Jauziyah di Dimasyq (Damaskus) selama beberapa tahun. Karena itulah, sang ayah digelari Qayyim al-Jauziyah. Sebab itu pula sang anak dikenal di kalangan ulama dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Dia memiliki keinginan yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Tekad luar biasa dalam mengkaji dan menelaah sejak masih muda belia. Dia memulai
perjalanan ilmiahnya pada usia tujuh tahun. Allah mengkaruniainya bakat melimpah
yang ditopang dengan daya akal luas, pikiran cemerlang, daya hapal mengagumkan,
dan energi yang luar biasa. Karena itu, tidak mengherankan jika dia ikut berpartisipasi
aktif dalam berbagai lingkaran ilmiah para guru (syaikh) dengan semangat keras
dan jiwa energis untuk menyembuhkan rasa haus dan memuaskan obsesinya terhadap
ilmu pengetahuan. Sebab itu, dia menimba ilmu dari setiap ulama spesialis sehingga
dia menjadi ahli dalam ilmu-ilmu Islam dan mempunyai andil besar dalam berbagai
disiplin ilmu. Ibnu Qayyim telah berguru pada sejumlah ulama terkenal. Mereka inilah yang
memiliki pengaruh dalam pembentukan pemikiran dan kematangan ilmiahnya. Inilah
nama guru-guru Ibnu Qayyim. Ayahnya Abu Bakr bin Ayyub (Qayyim al-Jauziyah) di mana Ibnu Qayyim
mempelajari ilmu faraid. Ayahnya memiliki ilmu mendalam tentang faraid.
1. Imam al-Harran, Ismail bin Muhammad al-Farra’, guru mazhab Hanbali di Dimasyq. Ibnu Qayyim belajar padanya ilmu faraid sebagai kelanjutan dari apa
yang diperoleh dari ayahnya dan ilmu fikih.
2. Syarafuddin bin Taimiyyah, saudara Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah. Dia
menguasai berbagai disiplin ilmu.
3. Badruddin bin Jama’ah. Dia seorang imam masyhur yang bermazhab Syafi’i,
memiliki beberapa karangan.
4. Ibnu Muflih, seorang imam masyhur yang bermazhab Hanbali. Ibnu Qayyim
berkata tentang dia, “Tak seorang pun di bawah kolong langit ini yang
mengetahui mazhab imam Ahmad selain Ibnu Muflih.”
5. Imam al-Mazi, seorang imam yang bermazhab Syafi’i. Di samping itu, dia
termasuk imam ahli hadits dan penghafal hadits generasi terakhir.
6. Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah Ahmad bin al-Halim bin Abdussalam an-Numairi.
Dia memiliki pengaruh sangat besar dalam kematangan ilmu Ibnu Qayyim.
Ibnu Qayyim menyertainya selama tujuh belas tahun, sejak dia menginjakkan kakinya
di Dimasyq hingga wafat. Ibnu Qayyim mengikuti dan membela pendapat Ibnu
Taimiyyah dalam beberapa masalah. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya
penyiksaan yang menyakitkan dari orang-orang fanatik dan taklid kepada
keduanya, sampai-sampai dia dan Ibnu Taimiyyah dijebloskan ke dalam penjara
dan tidak dibebaskan kecuali setelah kematian Ibnu Taimiyyah. Disiplin ilmu yang didalami dan dikuasai oleh Ibn Qayyim hampir meliputi semua ilmu syariat dan ilmu alat. Ibnu Rajab, muridnya, mengatakan, “Dia pakar dalam tafsir dan tak
tertandingi, ahli dalam bidang ushuluddin dan ilmu ini mencapai puncak di tangannya,
ahli dalam fikih dan ushul fikih, ahli dalam bidang bahasa Arab dan memiliki kontribusi
besar di dalamnya, ahli dalam bidang ilmu kalam, dan juga ahli dalam bidang tasawuf.”
Dia berkata juga, “Saya tidak melihat ada orang yang lebih luas ilmunya dan yang
lebih mengetahui makna Al-Qur’an, Sunnah dan hakekat iman daripada Ibnu Qayyim.
Dia tidak makshum tapi memang saya tidak melihat ada orang yang menyamainya.”
Ibnu Katsir berkata, “Dia mempelajari hadits dan sibuk dengan ilmu. Dia
menguasai berbagai cabang ilmu, utamanya ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu ushuluddin,
dan ushul fikih.” Adz-Dzahabi berkata, “Dia mendalami hadits, matan dan perawinya. Dia
menggeluti dan menganalisa ilmu fikih. Dia juga menggeluti dan memperkaya
khasanah ilmu nahwu, ilmu ushuluddin, dan ushul fikih.”Ibnu Hajar berkata, “Dia berhati teguh dan berilmu luas. Dia menguasai perbedaan pendapat para ulama dan mazhab-mazhab salaf.” As-Suyuthi berkata, “Dia telah mengarang, berdebat, berijtihad dan menjadi salah satu ulama besar dalam bidang tafsir, hadits, fikih, ushuluddin, ushul fikih, dan bahasa Arab.” Ibnu Tughri Burdi berkata, “Dia menguasai beberapa cabang ilmu, di antaranya
tafsir, fikih, sastra dan tatabahasa Arab, hadits, ilmu-ilmu ushul dan furu’. Dia telah
mendampingi Syaikh Ibnu Taimiyyah sekembalinya dari Kairo tahun 712 H dan
menyerap darinya banyak ilmu. Karena itu, dia menjadi salah satu tokoh zamannya
dan memberikan manfaat kepada umat manusia.” Ibn Qayyim adalah ulama yang sangat produktif. Beliau menulis buku sebanyak 96 judul yang hingga saat ini dicetak berulang – ulang dan di-alihbahasakan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Beberapa yang terkenal diantaranya adalah Miftah Dar As-Sa’adah, Ijtima’ al-Juyusy al-Islamiyah, Ahkam Ahl adz-Dzimmah, A’lam al-Muaqqi ‘in ‘an Rabb al-Alamin, Ighatsah al-Luhfan min Mashadir asy-Syaithan, At-Tibyan fi Aqsam al-Qur’an, Tuhfah al-Maudud fi Ahkam al-Maulud, Ad-Da’ wa ad-Dawa’, Raudhah al-Muhibbin wa Nazhah al-Musytaqin, Ar-Ruh, Madarij as-Salikin baina Manazil Iyyaka Na’bud wa Iyyaka Nasta’in. Sebagian orang tidak mampu membedakan antara Ibnu Qayyim al-Jauziyah
dengan Ibnu al-Jauzi karena kemiripan nama. Kesalahan ini telah berakibat pada
penisbahan beberapa kitab karya Ibnu al-Jauzi kepada Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Kesalahan seperti itu terjadi karena kelalaian para penulis manuskrip atau karena
perbuatan orang-orang yang sentimen terhadap Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Sebagai bukti adalah bahwa Ibnu al-Jauzi adalah Abdurrahman bin Ali al-Qursyi,
wafat tahun 597 H. Meskipun dia adalah salah seorang ulama dari golongan Hanbali
yang terkemuka dan banyak menulis, tapi dalam kajian masalah nama-nama dan
sifat Allah SWT dia tidak mengikuti metode Imam Hanbal karena dia dalam hal ini
menempuh metode takwil. Ini jelas bertentangan dengan metodologi Ibnu Qayyim
sebab dia menempuh metode ulama salaf. Adapun kematian Ibn Qayyim, dalam kitab-kitab biografi, disepakati bahwa Ibnu Qayyim al-Jauziyah wafat pada malam Kamis setelah azan Isya’, tanggal 13 Rajab tahun 751H. Dia dishalati setelah shalat Zhuhur keesokan harinya di Mesjid al-Umawi, kemudian di Mesjid Jarah dan dimakamkan di perkuburan al-Bab ash-Shaghir dekat makam ibunya di Damaskus. Semoga Allah merahmati beliau. (Sumber: https://amaljariah.org/biografi-ringkas-ibn-qayyim-al-jauziyyah/). *27 Kata-kata Mutiara Ibnu Qayyim yang Inspiratif dan Menyejukkan Hati* Ibnu Qayyim merupakan seorang cendekiawan muslim dan pakar fikih dari kalangan madzhab Hambali yang hidup pada abad ke-13. Pemiliki nama lengkap Muhammad bin Abi Bakar bin Ayub bin Sa'ad Zur'i ad-Dimasyqi ini, juga dikenal sebagai seorang penghafal Alquran, ahli tafsir, ahli nahwu, ahli ilmu kalam, ahli ushul fiqih, sekaligus seorang mujtahid. Cendekiawan muslim kelahiran Damaskus, Suriah pada tahun 691 H/1292 M ini, memiliki wawasan pengetahuan keislaman yang begitu luas. Bahkan, beberapa muridnya seperti Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah, dan Thabaqat al-Hanabilah, berhasil menjadi ilmuwan Islam yang berpengaruh. Tak heran, jika Ibnu Qayyim menjadi salah satu tokoh muslim yang sangat dikagumi oleh banyak orang. Sebagai ulama Islam yang berwawasan luas dalam pengetahuan keislaman, Ibnu Qayyim kerap memberikan kata-kata mutiara yang mampu menginspirasi bagi banyak orang. Berikut ini kata-kata mutiara Ibnu Qayyim yang merdeka.com lansir dari Dream. #Kata-kata Mutiara Ibnu Qayyim yang Memiliki Makna Mendalam#
1. Dia yang senantiasa menjaga hatinya dekat dengan Tuhan akan menemukan kedamaian dan ketentraman. Sementara dia yang senantiasa memberikan hatinya kepada manusia akan menemukan kegelisahan dan ketakutan.
2. Bila seseorang menghabiskan waktunya untuk Allah, maka Allah akan mengurus semua kebutuhannya dan menghapuskan segala kekhawatirannya. Allah akan mengosongkan hatinya supaya hanya dipenuhi dengan kecintaan kepada-Nya.
3. Shalatnya orang-orang munafik itu shalat yang hanya sebatas raganya, bukan hatinya.
4. Wahai orang-orang yang menikmati kesenangan hidup yang pasti akan lenyap, jatuh cinta pada bayangan yang memudar hanyalah sebuah kebodohan semata.
5. Membuang-buang waktu lebih buruk daripada kematian. Karena kematian memisahkan kamu dari dunia ini, sedangkan membuang-buang waktu memisahkan kamu dari Allah.
6. Sepanjang kamu mengerjakan shalat, sejatinya kamu sedang mengetuk pintu Allah, dan siapa saja yang mengetuk pintu Allah, maka Allah akan membukakan pintu itu untuknya.
7. Tidak ada sesuatu yang paling disukai oleh setan, melainkan melihat seorang mukmin yang berhati murung.
8. Jangan rusak kebahagiaanmu dengan kekhawatiran, dan jangan rusak pikiranmu dengan pesimisme. Jangan rusak kesuksesanmu dengan kecurangan, dan jangan rusak optimisme orang lain dengan menghancurkannya. Jangan rusak harimu dengan melihat kembali hari kemarin.
9. Andai kamu mendengar suara pena malaikat yang tengah mencatatkan namamu dalam daftar orang-orang yang rajin berdzikir, niscaya kamu akan (memilih) mati dalam keadaan penuh kerinduan (kepada-Nya).
10. Ketika kamu tidak memiliki pengetahuan, seseorang bisa saja membawakan kotoran kepadamu dan kamu akan mempercayai itu bisa menjadi emas.
#Kata-kata Mutiara Ibnu Qayyim yang Cocok Dijadikan Pedoman Hidup#
11. Waspadalah terhadap setiap jam dan bagaimana ia berlalu, dan hanya habiskanlah waktu itu dengan cara sebaik mungkin. Jangan mengabaikan dirimu sendiri, tetapi buatlah dirimu terbiasa dengan amalan yang paling mulia dan terbaik, dan kirimkan ke kuburanmu sesuatu yang kelak akan menyenangkan kamu ketika tiba di sana.
12. Perbuatan dosa itu memiliki banyak efek samping. Salah satunya adalah bahwa dosa-dosa itu mencuri ilmu pengetahuan dari dirimu.
13. Siapa yang ingin menyucikan hatinya, maka jadikan Allah sebagai tujuan yang diinginkannya.
14. Obat paling bermanfaat adalah kamu menyibukkan diri dengan berpikir tentang apa yang seharusnya menjadi perhatianmu, dan bukan kepada hal-hal yang seharusnya bukan urusanmu.
15. Dunia ini ibarat bayangan. Kejar dia dan engkau tak akan pernah bisa menangkapnya. Balikkan badanmu darinya dan dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu.
16. Ikhlaslah dalam usaha menggapai tujuan, maka kamu akan mendapati bantuan Allah di sekelilingmu.
17. Siapa yang menyadari akan kebesaran Allah tidak akan pernah merasa nyaman dalam melakukan perbuatan maksiat.
18. Orang yang benar-benar jujur tidak akan peduli dengan statusnya di mata makhluk.
19. Lelaki sejati adalah ia yang takut pada matinya hati, bukan matinya raga.
20. Semakin kecil suatu dosa dalam pandanganmu, semakin besar dosa itu di sisi Allah. Dan semakin besar suatu dosa dalam pandanganmu, semakin kecil dosa itu di sisi Allah.
#Kata-kata Mutiara Ibnu Qayyim yang Menyejukkan Hati#
21. Tidak ada kegembiraan bagi seorang yang tidak menanggung kesedihan, tidak ada kenikmatan bagi seorang yang tidak memiliki kesabaran, tidak ada kesenangan bagi orang yang tidak mengalami penderitaan, dan tidak ada istirahat bagi orang yang tidak tahan kelelahan.
22. Sabar adalah ketika hati tidak meratap dan mulut tidak mengeluh. Ketika Allah memberi cobaan kepadamu, itu tidak dimaksudkan untuk menghancurkanmu. Saat Dia menghapus sesuatu yang menjadi milikmu, itu hanya mengosongkan tanganmu untuk menerima suatu pemberian yang lebih besar.
23. Betapa anehnya! Engkau kehilangan sedikit saja dan engkau menangis. Sementara seluruh hidupmu yang terbuang sia-sia dan kau malah tertawa.
24. Kebahagiaan itu dicapai dengan tiga hal: Bersabar ketika mendapat cobaan, Bersyukur ketika mendapat kenikmatan, Bertaubat ketika melakukan kesalahan.
25. Adakah kebahagiaan yang lebih besar dari kebahagiaan hati, dan adakah siksaan yang lebih pedih dari siksaan hati?
26. Hijrah kepada Allah itu mencakup: meninggalkan segala yang Dia benci, melakukan segala yang Dia cintai, dan menerima semua itu.
27. Tangisan taubat seorang pendosa lebih Allah cintai daripada tasbihnya seorang yang sombong. (sumber: https://www.merdeka.com/jateng/27-kata-kata-mutiara-ibnu-qayyim-yang-inspiratif-dan-menyejukkan-hati-kln.html?page=4). Blog ini dibuat dengan tujuan untuk menambah ilmu si Pembaca, tidak ada keuntungan Ekonomi sedikitpun yang diperoleh dari Pembuat. Tulisan diatas merupakan gabungan beberapa artikel dan ditulis juga sumbernya.
Comments
Post a Comment